A. Pendahuluan
Bulan Agustus adalah bulan yang sangat sibuk dan menyenangkan bagi
pramuka. Karena pada bulan itu, tepatnya tanggal 14 Agustus mereka memperingati
hari lahirnya gerakan pramuka dan mereka akan mengisinya dengan perlombaan
kepramukaan dan kegiatan kegiatan menarik lainnya.
Gerakan Pramuka Indonesia adalah pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di
Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda
Karana, yang memiliki arti rakyat Muda yang Suka Berkarya.
"Pramuka" merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka, yang
meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka
Penegak. Kelompok anggota yang lain yaitu pembina Pramuka, Andalan Pramuka,
Korp Pelatih Pramuka , Pamong saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis pembimbing
Pramuka.
Sedangkan yang dimaksud "Kepramukaan" adalah proses pendidikan
di luar lingkungan Sekolah dan di luar lingkungan Keluarga dalam bentuk
kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan
di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang
sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan
adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan
dan perkembangan masyarakat dan Indonesia.
Sebagai suatu oraganisiasi pendidikan tentu saja Gerakan Pramuka
mempunyai landasan dsan arahan pendidikan. Semua landasan dan prinsip
pendidikan itu termuat dalam apa yang disebut dengan PDMPK, yaitu Prinsip Dasar
metodik pendidikan Kepramukaan. Boleh dikatakan PDMPK adalah sebuah Kitaq
Standar yang harus dijadikan acuan dalam pendidikan kepramukaan.
Sebagai sebuah organisasi yang berada di Indonesia, Gerakan Pramuka
berlandasan Pancasila. Sedangkan sila pertama pancasila adalah Ketuhanan yang
Maha Esa. Maka Gerakan Pramuka tidak bisa dilepaskan dari pengaruh agama yang
ada di Indonesia. Maka dalam hal ini, penulis mencoba melihat PDMPK ini dari
sudut pendidikan Islam.
B. Pembahasan
1. Prinsip Dasar Metodik
Pendidikan Kepramukaan
a. Prinsip Kesukarelaan
Dalam kamus bahasa Indonesia, sukarela berarti dengan kemauan sendiri
atau atas kehendaki sendiri. Dengan demikian, prinsip kesukarelaan adalah
prinsip yang mengajarkan para pramuka untuk berbuat tanpa pramrih dan tulus,
karena kehendak dan kemauan sendiri. Sifat kesukarelaan ini dilandaskan pada sifat
ketulusan hati, tanpa pamrih (ikhlas), mengutamakan kewajiban dari pada hak,
serta mengabdi dengan penuh tanggung jawab.
Prinsip ini bertujuan agar para Pramuka menjadi
pengabdi masyarakat yang tulus hati, tanpa pamrih, bertanggung jawab dan
mengerti mana yang kewajiban dan mana yang hak.
Suka
rela, dikenal dalam Islam dengan arti Iklas. Iklas merupakan salah satu dari
berbagai amal hati. Dan bahkan iklas berada di barisan paling depan dari
amal-amal hati. Sebab diterimanya berbagai amal tidak bisa menjadi
sempurna kecuali dengan ikhlas.
Maksud
ikhlas di sini adalah menghendaki keridhaan Allah dengan suatu amal,
membersihkannya dari segala noda individu maupun duniawi. Landasan amal yang
ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah. Ikhlas adalah merupakan buah dari
tauhid yang sempurna kepada Allah.Yaitu mengesakan ibadah dan istianah (memohon
pertolongan) kepada Allah.
b. Prinsip Kode Kehormatan
Kode kehormatan Gerakan Pramuka adalah norma dalam kehidupan
dan penghidupan para anggota Pramuka yang merupakan tolak ukur dan standar
tingkah laku seorang Pramuka Indonesia. Kode kehormatan ini dijadikan pegangan
hidup setiap anggota gerakan Pramuka. Kode kehormatan terdiri dari janji atau
satya dan ketentuan-ketentuan
moral atau dharma. Dalam
prinsip Kode Kehormatan ini kita hanya membahas satya penegak.
Adapun
dalam Satya ada 3 (tiga) janji yang disebut dengan Tri Satya, yaitu :
- Menjalankan kewajibanku terhadap
Tuhan, Negara kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan Pancasila.
- Menolong sesama hidup dan ikut
serta membangun masyarakat.
- Menepati Dasa Darma.
Adapun
Darma ada 10 macam yang disebut dengan dasa darma, yaitu :
- Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Cinta Alam dan kasih saying kepasa sesama manusia
- Patriot yang sopan dan kesatria
- Patuh dan suka bermusyawarah
- Rela menolong dan tabah
- Rajin terampil dan gembira
- Hemat cermat dan bersahaja
- Disiplin berani dan setia
- Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
- Suci dalam pikiran dan perbuatan
Dalam
pendidikan akhlak Islam, yang pertama ditanamkan kepada peserta didik adalah
rasa takut kepada Allah. Setelah pendidikan untuk takut kepada Allah ini
berhasil maka akan lahir sifat-sifat terpuji sebagai buah dari ketaqwaan mereka
kepada Allah.
Sebagaimana
kata Rasulullah
“Ajarkanlah
mereka untuk taat kepada Allah dan takut kepada berbuat maksiat kepada Allah
serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi
larangan-larangan. Karena hal itu akan menjauhkan mereka dan kamu dari api
neraka”
Moral,
sikap dan tabiat adalah salah satu buah dari iman. Jika semenjak kecil,
anak-anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada
Allah, terdidik untuk selalu takut kepada Allah, dan meminta pertolongan serta
berserah diri kepada Allah, maka ia akan memiliki akhlak yang mulia.
c. Prinsip Sistim Tanda Kecakapan
Tanda kecakapan diberikan setelah yang bersangkutan
berusaha memperolehnya dengan minta diuji secara swakarsa dan swadaya, yang
diatur sedemikian rupa oleh Pembina.
Dalam Kepramukaan ada dua tanda kecakapan : Tanda
Kecakapan Umum (TKU) dan Tanda Kecakapan Khusus (TKK). Tujuan
diadakannya tanda kecakapan ini ialah disamping untuk merangsang peserta didik
untuk lebih giat latihan dan belajar, juga sebagai penghargaan atas telah
berhasilnya menempuh segala ujian dan berhasilnya dalam latihan. Penghargaan
semacam ini sangatlah penting. Sebab setiap peserta didik merasa bahwa hasil
karyanya dihargai, maka sebagai dorongan untuk lebih memajukan berkarya, sistim
penghargaan inilah dipakai dalam kepramukaan.
Rasulullah
berkata : Artinya : Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan
akhlak yang baik (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).
Salah
cara untuk memuliakan anak atau peserta didik adalah dengan memberi penghargaan
terhadap hasil kerja mereka.
Islam
sangat memperhatikan pendidikan kecakapan. Rasul berkata : orang mukmin yang
kuat itu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dari pada orang mukmin
yang lemah (H.R Muslim)
Agar
seorang mukmin itu kuat dan memiliki ketangkasan atau kecakapan, rasulullah
menyerukan untuk belajar renang, memanah, dan menunggang kuda. Rasulullah
berkata : Segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan zikir nama-nama Allah,
maka itulah senda gurau belaka, kecuali empat perkara : seseorang berjalan
antara dua tujuan (untuk memanah), latihan menunggang kuda, bermain dengan
keluarganya dan belajar berenang (H.R Atthabari)
Salah
satu metode untuk memotivasi dan menguatkan sikap seseorang adalah dengan
memberi hadiah. Studi eksperimen sangat menguatkan pentingnya memberi
motivasi yang dapat melahirkan respon positif dengan memberi hadiah. Rasulullah
menguraikan pentingnya pemberian hadiah atau upah untuk memotivasi seseorang
agar berperilaku baik. Rasulullah katakan : berilah upah kepada seorang
pekerja sebelum keringatnya kering".
Pemberian
hadiah atau imbalan yang diperuntukan kepada anak-anak pernah dilakukan
rasulullah SAW ketika beliau mengikuti suatu perlombaan. Ini terbukti ketika
rasulullah mengatakan pada anak-anak : "Siapa saja yang memenangkan ini
maka ia berhak sesuati dariku". Merekapun kemudian berlomba-lomba
untuk meraih sesuatu yang dijanjikan rasulullah.
d. Sistim Beregu
Sistim beregu adalah sistim pendidikan kepramukaan
yang membagi peserta didik kedalam satuan-satuan kecil yang terdiri dari 7-10
orang yang disebut barung (Siaga), regu (Penggalang) ,sangga (Penegak),
dan reka (Pandega). Dan kumpulan dari satuan-satuan kecil ini disebut
perindukan (Siaga), pasukan (Penggalang), ambalan (Penegak),
dan racana pandega (Pandega).
Tujuan sistim beregu ialah : Mengembangkan dan
membina moral Pancasila, tanggung jawab, kemampuan berkelompok, demokrasi,
mendidik supaya berlaku, percaya pada diri sendiri, menghormati orang lain,
kegotongroyongan dan kerukunan, sikap hidup dalam masyarakat, kepemimpinan.
Dalam pendidikan Islam dikenal suatu bentuk
pendidikan yang disebut halaqah. Halaqah adalah sebuah
istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau
pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran)
biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara
rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut
berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan minhaj
(kurikulum) tertentu. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga dengan
mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.
Biasanya
peserta halaqah dipimpin dan dibimbing oleh seorang murobbi (pembina).
Murobbi disebut juga dengan mentor, pembina, ustadz (guru), mas’ul
(penanggung jawab). Murobbi bekerjasama dengan peserta halaqah untuk mencapai tujuan
halaqah, yaitu terbentuknya muslim yang Islami dan berkarakter da’i (takwinul
syakhsiyah islamiyah wa da’iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut, murobbi
berusaha agar peserta hadir secara rutin dalam pertemuan halaqah tanpa merasa
jemu dan bosan. Kehadiran peserta secara rutin penting artinya dalam menjaga
kekompakkan halaqah agar tetap produktif untuk mencapai tujuannya.
Apabila
dibandingkan antara sistim beregu ini sama dengan sistim halaqah dalam
pendidikan Islam. Yang membedakannya adalah materi dan tempat penyelenggaraan
pendidikan itu.
e. Prinsip Satuan Terpisah
Sistim satuan terpisah ialah memisahkan
antara satuan Pramuka putri dengan satuan Pramuka putra, dan satuan putra
dibina oleh pembina putra, dan satuan putri dibina oleh pembina putri. Kecuali
Siaga putra dapat dibina oleh Pembina putri, dan Siaga putri dapat dibina oleh
pembina putra.
Jadi gugus depan putra terpisah dengan gugus depan
putri, dan biasanya dengan nomor yang berurutan. Angka ganjil untuk putra dana
angka genap untuk putri.
Tujuan dari diterapkannya sistim ini adalah agar
proses pendidikan Kepramukaan untuk masing-masing jenis, dapat lebih intensif
dan efektif.
Mencampurkan antara satuan putra dengan satuan
putri dalam bahasa agama adalah ikhtilat. Dan sistim satuan
terpisah ini sangat sesuai dengan ajaran Islam.
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim menyatakan dalam
Fatawa dan Rasa`ilnya bahwa ikhtilath antara laki-laki dengan perempuan ada
tiga keadaan.
Pertama: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki dari
kalangan mahram mereka, maka ini jelas dibolehkan.
Kedua: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) untuk
tujuan yang rusak, maka hal ini jelas keharamannya.
Ketiga: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) di tempat
pengajaran ilmu, di toko, kantor, rumah sakit, perayaan-perayaan dan
semisalnya. Ikhtilath yang seperti ini terkadang disangka tidak akan
mengantarkan kepada fitnah di antara lawan jenis, padahal hakikatnya justru
sebaliknya. Sehingga bahaya ikhtilath semacam ini perlu diterangkan dengan
membawakan dalil-dalil pelarangannya.
Allah
menciptakan laki-laki dalam keadaan punya kecenderungan yang kuat terhadap
wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita punya kecenderungan kepada lelaki.
Bila terjadi ikhtilath tentunya akan menimbulkan dampak yang negatif dan
mengantarkan kepada kejelekan.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dia mengetahui pandangan mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan di dalam dada.' (Ghafir: 19) Ibnu Abbas berkata bahwa ayat ini terkait
dengan seorang lelaki yang duduk bersama suatu kaum. Lalu lewatlah seorang
wanita. Ia pun mencuri pandang kepada si wanita. Ibnu Abbas berkata pula
"lelaki itu mencuri pandang kepada si wanita. Namun bila teman-temannya
melihat dirinya, ia menundukkan pandangannya. Bila ia melihat mereka tidak
memerhatikannya (lengah), ia pun memandang si wanita dengan sembunyi-sembunyi.
Bila teman-temannya melihatnya lagi, ia kembali menundukkan pandangannya.
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui keinginannya dirinya. Ia ingin
andai dapat melihat aurat si wanita.
Allah
mensifatkan mata yang mencuri pandang kepada wanita yang tidak halal untuk
dipandang sebagai mata yang khianat. Apalagi dengan berikhtilat. Bila memandang
saja dicap berkhianat sebagai suatu cap yang jelek, apalagi berbaur dan saling
bersentuhan dengan wanita ajnabiyah.
f. Prinsip Persesuaian dengan
Perkembangan Jasmani dan Rohani
Maksud dari prinsip ini adalah agar proses
pendidikan Kepramukaan dapat mengenai sasaran dengan tepat pada tiap-tiap
golongan umur Pramuka. Untuk itulah maka, Pramuka digolongkan, berdasarkan
usia:
-
Siaga : anak usia 7-10 tahun. Anak
seumur ini pikirannya masih terpusat kepada induk semangnya. Maka cara
mendidiknya pun harus memakai cara keluarga. Penuh kasih sayang, gembira ria, kelincahan
dan sebagainya. Hal ini bisa dilihat dari
bentuk barisan upacara pembukaan latihan, yang menggambarkan pendidikan mereka
masih pematangan pendidikan keluarga.
-
Penggalang : anak umur 11-15 tahun. Anak
umur ini sudah menginjak remaja, dan mulai mengenal masyarakat lingkungan. Cara
mendidiknya tentu dengan cara yang dapat mengena pada masa perkembangan usia
ini.
-
Penegak : pemuda umur 16-20 tahun. Pemuda
seumur ini sudah dapat berfikir kritis, logis, dan realistis. Sudah mengerti
corak kehidupan masyarakat. Anak pemuda usia ini sudah berani dan dapat
mengambil tindakan sendiri.
-
Pandega : pemuda dewasa umur 21-25
tahun. Pemuda se-usia ini sudah harus terjun membina masyarakat, dan bergaul
dalam kehidupan masyarakat luas.
g. Prinsip Kegiatan Menarik yang
mengandung Pendidikan.
Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan dalam
Kepramukaan dibagi kepada tujuan jasmaniah yaitu untuk perkembangan tubuh,
kesehatan dan sebagainya, dan tujuan rohaniah untuk perkembangan jiwa, watak
dan kepribadian.
Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan ini
dipilih dan diatur sedemikian rupa, sehingga mendorong peserta didik turut
aktif mengikuti kegiatan, memecahkan masalah dan aktif mengembangkan jiwanya.
Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan itu
Pramuka akan memperoleh tambahan imajinasi dan daya cipta, kesadaran akan
kemampuan dirinya, rasa percaya pada diri sendiri, rasa tanggung jawab,
semangat gotong-royong dan toleransi.
Sebagaimana yang sudah dibahas pada bagian
sebelumnya, rasulullah sangat menganjurkan ketangkasan memanah, latihan
menunggang kuda, bermain dengan keluarganya dan belajar berenang. Karena semua
itu menarik dan mengandung pendidikan.
h. Prinsip Keprasahajaan Hidup.
Kata keprasahajaan berasal dari kata sahaja yang
berasal dari bahasa Arab "sazâjah" yang berarti sederhana.
Keprasahajaan hidup adalah sederhana dan wajar.
Karena keprasahajaan adalah prinsip
pendidikan kepramukaan maka Pramuka harus belajar hidup sederhana dan wajar
dengan cara pakaian seragam yang sama, susah bersama, senang bersama (senasib
sepenangungan), menggunakan apa yang ada dengan wajar, hidup sederhana di alam
terbuka, membina kerukunan dan gotong-royong dan latihan hidup sederhana dalam
perkemahan.
Rasulullah adalah teladan bagi setiap orang Islam.
Orang yang mengaku umat rasulullah haruslah menjadikan beliau sebagai teladan.
Pribadi rasulullah adalah pribadi yang sederhana dalam segala hal, terutama
dalam sandang, pangan dan papan.
Pakaian sederhana adalah pakaian yang tidak digunakan
untuk kesombongan. Dan rasulullah sangat melarang menggunakan pakaian yang
berlebihan karena kesombongan. Rasulullah berkata : "Siapa yang memakai
pakaian kesombongan di dunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian
kehinaan di akhirat (H.R Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah)
Walaupun demikian rasulullah menganjurkan
menggunakan pakaian yang bersih dan bagus untuk memperlihatkan
bekas-bekas nikmat Allah dan kemuliaan dariNya. Rasulullah berkata : "Apabila
Allah telah memberimu harta maka perlihatkanlah bekas dari nikmat dan
kemulyaan-Nya kepadamu. (H.R Abu Daud)
Sebagai perwujudan rasa senasib dan sepenanggungan
maka orang yang mempunyai kelebihan harta harus mengeluarkan zakatnya kepada
yaang berhak menerimanya.
i. Prinsip Swadaya
Prinsip Swadaya dalam Kepramukaan adalah : bahwa
semua kegiatan harus dilaksanakan dengan usaha dan daya upaya sendiri
(berdikari) untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Dalam hal ini Pramuka harus belajar menghadapi
masalah dengan baik dan demokratis, memecahkan persoalan dengan teliti,
berusaha keras untuk mencapai keberhasilan, bertanya kepada yang lebih
mengerti, bila tak mampu menghadapi masalah tersebut.
Rasulullah adalah orang yang sudah hidup mandiri
semenjak kecil. Beliau lahir dalam keadaan yatim dan menjadi yatim piatu pada
umur 6 tahun. Dan selanjutnya beliau diasuh oleh kakek dan pamannya. Setelah
agak besar beliau bekerja sebagai penggembala ternak. Hal ini menggambarkan
bahwa rasulullah adalah pribadi yang berswadaya.
Rasulullah tidak suka kepada peminta-minta yang
suka mengharapkan bantuan sedangkan dia masih bisa melakukan usaha untuk
mencukupi kebutuhannya. Ada riwayat bahwa rasulluh memberi sebuah kampak kepada
seorang peminta-minta, sebagai pendidikan agar dia bisa berswadaya.
j. Sistim Among
Sistim Among berarti : mengasuh, memelihara,
menjaga dan merawat. Orang yang melaksanakan among disebut Pamong. Dalam
Kepramukaan Pembinalah yang disebut Pamong .
Pembina adalah pengasuh, pemelihara, penjaga dan perawat yang
merupakan pengganti orang tua di rumah. Maka dalam hal ini Pembina harus
bertindak bijaksana (adil), memberi teladan yang baik, rasa cinta kasih,
disiplin dan tanggung jawab. Atau lebih populernya ialah dengan ajaran Ki
Hajar Dewantoro yaitu :
·
Ing
ngarsa sung tulodho : di
depan jadi teladan.
·
Ing madya
mangun karso : di
tengah menggugah kemauan
·
Tut wuri
handayani : Dari
belakang memberi dorongan
Yang pertama kali harus diajarkan oleh pembina
sebagai orang tua orang tua adalah pengenalan terhadap Allah (ma’rifatullah)
dan menanamkan kecintaan terhadapnya. Rasulullah berkata : “Ajarkanlah
mereka untuk taat kepada Allah dan takut kepada berbuat maksiat kepada Allah
serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi
larangan-larangan. Karena hal itu akan menjauhkan mereka dan kamu dari api
neraka”
Dan
Rasulullah juga mengajarkan untuk memuliakan mereka dan mendidik mereka dengan
baik. Rasulullah katakan : "Muliaknalah anak-anakmu dan didiklah mereka
dengan akhlak yang baik". (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas). Dan
Rasulullah juga berkata : "Ajarkanlah kepada anak-anakmu kebaikan dan
didiklah mereka dengan akhlak yang mulia". (HR. Abdu Razak)
Kesembilan PDMPK tersebut harus
diterapkan secara keseluruhan, bila sebagian prinsip tersebut dihilangkan, maka
organisasi itu bukan lagi Gerakan Kepramukaan.
0 komentar:
Posting Komentar