Pages

Jumat, 20 September 2013

PRINSIP DASAR METODIK PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM





A.      Pendahuluan

Bulan Agustus adalah bulan yang sangat sibuk dan menyenangkan bagi pramuka. Karena pada bulan itu, tepatnya tanggal 14 Agustus mereka memperingati hari lahirnya gerakan pramuka dan mereka akan mengisinya dengan perlombaan kepramukaan dan kegiatan kegiatan menarik lainnya.
Gerakan Pramuka Indonesia adalah  pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti rakyat Muda yang Suka Berkarya.
"Pramuka" merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Penegak. Kelompok anggota yang lain yaitu pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korp Pelatih Pramuka , Pamong saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis pembimbing Pramuka.
Sedangkan yang dimaksud "Kepramukaan" adalah proses pendidikan di luar lingkungan Sekolah dan di luar lingkungan Keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan Indonesia.
Sebagai suatu oraganisiasi pendidikan tentu saja Gerakan Pramuka mempunyai landasan dsan arahan pendidikan. Semua landasan dan prinsip pendidikan itu termuat dalam apa yang disebut dengan PDMPK, yaitu Prinsip Dasar metodik pendidikan Kepramukaan. Boleh dikatakan PDMPK adalah sebuah Kitaq Standar yang harus dijadikan acuan dalam pendidikan kepramukaan.
Sebagai sebuah organisasi yang berada di Indonesia, Gerakan Pramuka berlandasan Pancasila. Sedangkan sila pertama pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Maka Gerakan Pramuka tidak bisa dilepaskan dari pengaruh agama yang ada di Indonesia. Maka dalam hal ini, penulis mencoba melihat PDMPK ini dari sudut pendidikan Islam.

B.       Pembahasan
1.    Prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan
a.    Prinsip Kesukarelaan
Dalam kamus bahasa Indonesia, sukarela berarti dengan kemauan sendiri atau atas kehendaki sendiri. Dengan demikian, prinsip kesukarelaan adalah prinsip yang mengajarkan para pramuka untuk berbuat tanpa pramrih dan tulus, karena kehendak dan kemauan sendiri. Sifat kesukarelaan ini dilandaskan pada sifat ketulusan hati, tanpa pamrih (ikhlas), mengutamakan kewajiban dari pada hak, serta mengabdi dengan penuh tanggung jawab.
Prinsip ini bertujuan agar para Pramuka menjadi pengabdi masyarakat yang tulus hati, tanpa pamrih, bertanggung jawab dan mengerti mana yang kewajiban dan mana yang hak.
Suka rela, dikenal dalam Islam dengan arti Iklas. Iklas merupakan salah satu dari berbagai amal hati. Dan bahkan iklas berada di barisan paling depan dari amal-amal hati.  Sebab diterimanya berbagai amal tidak bisa menjadi sempurna  kecuali dengan ikhlas.
Maksud ikhlas di sini adalah menghendaki keridhaan Allah dengan suatu amal, membersihkannya dari segala noda individu maupun duniawi. Landasan amal yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah. Ikhlas adalah merupakan buah dari tauhid yang sempurna kepada Allah.Yaitu mengesakan ibadah dan istianah (memohon pertolongan) kepada Allah.

b.    Prinsip Kode Kehormatan
Kode kehormatan Gerakan Pramuka adalah norma dalam kehidupan dan penghidupan para anggota Pramuka yang merupakan tolak ukur dan standar tingkah laku seorang Pramuka Indonesia. Kode kehormatan ini dijadikan pegangan hidup setiap anggota gerakan Pramuka. Kode kehormatan terdiri dari janji atau satya dan ketentuan-ketentuan moral atau dharma. Dalam prinsip Kode Kehormatan ini kita hanya membahas satya penegak.
Adapun dalam Satya ada 3 (tiga) janji yang disebut dengan Tri Satya, yaitu :
-          Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan Pancasila.
-          Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat.
-          Menepati Dasa Darma.
Adapun Darma ada 10 macam yang disebut dengan dasa darma, yaitu :
-          Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
-          Cinta Alam dan kasih saying kepasa sesama manusia
-          Patriot yang sopan dan kesatria
-          Patuh dan suka bermusyawarah
-          Rela menolong dan tabah
-          Rajin terampil dan gembira
-          Hemat cermat dan bersahaja
-          Disiplin berani dan setia
-          Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
-          Suci dalam pikiran dan perbuatan
Dalam pendidikan akhlak Islam, yang pertama ditanamkan kepada peserta didik adalah rasa takut kepada Allah. Setelah pendidikan untuk takut kepada Allah ini berhasil maka akan lahir sifat-sifat terpuji sebagai buah dari ketaqwaan mereka kepada Allah.
Sebagaimana kata Rasulullah
“Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut kepada berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena hal itu akan menjauhkan mereka dan kamu dari api neraka”
Moral, sikap dan tabiat adalah salah satu buah dari iman. Jika semenjak kecil, anak-anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah, terdidik untuk selalu takut kepada Allah, dan meminta pertolongan serta berserah diri kepada Allah, maka ia akan memiliki akhlak yang mulia.

c.    Prinsip Sistim Tanda Kecakapan
Tanda kecakapan diberikan setelah yang bersangkutan berusaha memperolehnya dengan minta diuji secara swakarsa dan swadaya, yang diatur sedemikian rupa oleh Pembina.
Dalam Kepramukaan ada dua tanda kecakapan : Tanda Kecakapan Umum (TKU) dan Tanda Kecakapan Khusus (TKK). Tujuan diadakannya tanda kecakapan ini ialah disamping untuk merangsang peserta didik untuk lebih giat latihan dan belajar, juga sebagai penghargaan atas telah berhasilnya menempuh segala ujian dan berhasilnya dalam latihan. Penghargaan semacam ini sangatlah penting. Sebab setiap peserta didik merasa bahwa hasil karyanya dihargai, maka sebagai dorongan untuk lebih memajukan berkarya, sistim penghargaan inilah dipakai dalam kepramukaan.
Rasulullah berkata : Artinya : Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan akhlak yang baik (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).
Salah cara untuk memuliakan anak atau peserta didik adalah dengan memberi penghargaan terhadap hasil kerja mereka.
Islam sangat memperhatikan pendidikan kecakapan. Rasul berkata : orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dari pada orang mukmin  yang lemah (H.R Muslim)
Agar seorang mukmin itu kuat dan memiliki ketangkasan atau kecakapan, rasulullah menyerukan untuk belajar renang, memanah, dan menunggang kuda. Rasulullah berkata : Segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan zikir nama-nama Allah, maka itulah senda gurau belaka, kecuali empat perkara : seseorang berjalan antara dua tujuan (untuk memanah), latihan menunggang kuda, bermain dengan keluarganya dan belajar berenang (H.R Atthabari)
Salah satu metode untuk memotivasi dan menguatkan sikap seseorang adalah dengan memberi hadiah. Studi eksperimen sangat menguatkan  pentingnya memberi motivasi yang dapat melahirkan respon positif dengan memberi hadiah. Rasulullah menguraikan pentingnya pemberian hadiah atau upah untuk memotivasi seseorang agar berperilaku baik. Rasulullah katakan : berilah upah kepada seorang pekerja sebelum keringatnya  kering".  
Pemberian hadiah atau imbalan yang diperuntukan kepada anak-anak pernah dilakukan rasulullah SAW ketika beliau mengikuti suatu perlombaan. Ini terbukti ketika rasulullah mengatakan pada anak-anak : "Siapa saja yang memenangkan ini maka ia berhak sesuati dariku". Merekapun  kemudian berlomba-lomba untuk meraih sesuatu yang dijanjikan rasulullah.

d.   Sistim Beregu
Sistim beregu adalah sistim pendidikan kepramukaan yang membagi peserta didik kedalam satuan-satuan kecil yang terdiri dari 7-10 orang yang disebut barung (Siaga), regu (Penggalang) ,sangga (Penegak), dan reka (Pandega). Dan kumpulan dari satuan-satuan kecil ini disebut perindukan (Siaga), pasukan (Penggalang), ambalan (Penegak), dan racana pandega (Pandega).
Tujuan sistim beregu ialah : Mengembangkan dan membina moral Pancasila, tanggung jawab, kemampuan berkelompok, demokrasi, mendidik supaya berlaku, percaya pada diri sendiri, menghormati orang lain, kegotongroyongan dan kerukunan, sikap hidup dalam masyarakat, kepemimpinan.
Dalam pendidikan Islam dikenal suatu bentuk pendidikan yang disebut halaqah. Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan minhaj (kurikulum) tertentu. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga dengan mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.
Biasanya peserta halaqah dipimpin dan dibimbing oleh seorang murobbi (pembina). Murobbi disebut juga dengan mentor, pembina, ustadz (guru), mas’ul (penanggung jawab). Murobbi bekerjasama dengan peserta halaqah untuk mencapai tujuan halaqah, yaitu terbentuknya muslim yang Islami dan berkarakter da’i (takwinul syakhsiyah islamiyah wa da’iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut, murobbi berusaha agar peserta hadir secara rutin dalam pertemuan halaqah tanpa merasa jemu dan bosan. Kehadiran peserta secara rutin penting artinya dalam menjaga kekompakkan halaqah agar tetap produktif untuk mencapai tujuannya.
Apabila dibandingkan antara sistim beregu ini sama dengan sistim halaqah dalam pendidikan Islam. Yang membedakannya adalah materi dan tempat penyelenggaraan pendidikan itu.

e.    Prinsip Satuan Terpisah  
Sistim satuan terpisah ialah  memisahkan antara satuan Pramuka putri dengan satuan Pramuka putra, dan satuan putra dibina oleh pembina putra, dan satuan putri dibina oleh pembina putri. Kecuali Siaga putra dapat dibina oleh Pembina putri, dan Siaga putri dapat dibina oleh pembina putra.
Jadi gugus depan putra terpisah dengan gugus depan putri, dan biasanya dengan nomor yang berurutan. Angka ganjil untuk putra dana angka genap untuk putri.
Tujuan dari diterapkannya sistim ini adalah agar proses pendidikan Kepramukaan untuk masing-masing jenis, dapat lebih intensif dan efektif.
Mencampurkan antara satuan putra dengan satuan putri dalam  bahasa agama adalah ikhtilat. Dan sistim satuan terpisah ini sangat sesuai dengan ajaran Islam.
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim menyatakan dalam Fatawa dan Rasa`ilnya bahwa ikhtilath antara laki-laki dengan perempuan ada tiga keadaan.  
Pertama: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki dari kalangan mahram mereka, maka ini jelas dibolehkan.
Kedua: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) untuk tujuan yang rusak, maka hal ini jelas keharamannya.
Ketiga: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) di tempat pengajaran ilmu, di toko, kantor, rumah sakit, perayaan-perayaan dan semisalnya. Ikhtilath yang seperti ini terkadang disangka tidak akan mengantarkan kepada fitnah di antara lawan jenis, padahal hakikatnya justru sebaliknya. Sehingga bahaya ikhtilath semacam ini perlu diterangkan dengan membawakan dalil-dalil pelarangannya.
Allah menciptakan laki-laki dalam keadaan punya kecenderungan yang kuat terhadap wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita punya kecenderungan kepada lelaki. Bila terjadi ikhtilath tentunya akan menimbulkan dampak yang negatif dan mengantarkan kepada kejelekan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam dada.' (Ghafir: 19)  Ibnu Abbas berkata bahwa ayat ini terkait dengan seorang lelaki yang duduk bersama suatu kaum. Lalu lewatlah seorang wanita. Ia pun mencuri pandang kepada si wanita. Ibnu Abbas berkata pula "lelaki itu mencuri pandang kepada si wanita. Namun bila teman-temannya melihat dirinya, ia menundukkan pandangannya. Bila ia melihat mereka tidak memerhatikannya (lengah), ia pun memandang si wanita dengan sembunyi-sembunyi. Bila teman-temannya melihatnya lagi, ia kembali menundukkan pandangannya. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui keinginannya dirinya. Ia ingin andai dapat melihat aurat si wanita.
Allah mensifatkan mata yang mencuri pandang kepada wanita yang tidak halal untuk dipandang sebagai mata yang khianat. Apalagi dengan berikhtilat. Bila memandang saja dicap berkhianat sebagai suatu cap yang jelek, apalagi berbaur dan saling bersentuhan dengan wanita ajnabiyah.

f.     Prinsip Persesuaian dengan Perkembangan Jasmani dan Rohani
Maksud dari prinsip ini adalah agar proses pendidikan Kepramukaan dapat mengenai sasaran dengan tepat pada tiap-tiap golongan umur Pramuka. Untuk itulah maka, Pramuka digolongkan, berdasarkan usia:
-          Siaga : anak usia 7-10 tahun. Anak seumur ini pikirannya masih terpusat kepada induk semangnya. Maka cara mendidiknya pun harus memakai cara keluarga. Penuh kasih sayang, gembira ria, kelincahan dan sebagainya. Hal ini bisa dilihat dari bentuk barisan upacara pembukaan latihan, yang menggambarkan pendidikan mereka masih pematangan pendidikan keluarga.
-          Penggalang : anak umur 11-15 tahun. Anak umur ini sudah menginjak remaja, dan mulai mengenal masyarakat lingkungan. Cara mendidiknya tentu dengan cara yang dapat mengena pada masa perkembangan usia ini.
-          Penegak : pemuda umur 16-20 tahun. Pemuda seumur ini sudah dapat berfikir kritis, logis, dan realistis. Sudah mengerti corak kehidupan masyarakat. Anak pemuda usia ini sudah berani dan dapat mengambil tindakan sendiri.
-          Pandega : pemuda dewasa umur 21-25 tahun. Pemuda se-usia ini sudah harus terjun membina masyarakat, dan bergaul dalam kehidupan masyarakat luas.
g.    Prinsip Kegiatan Menarik yang mengandung Pendidikan.
Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan dalam Kepramukaan dibagi kepada tujuan jasmaniah yaitu untuk perkembangan tubuh, kesehatan dan sebagainya, dan tujuan rohaniah untuk perkembangan jiwa, watak dan kepribadian.
Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan ini dipilih dan diatur sedemikian rupa, sehingga mendorong peserta didik turut aktif mengikuti kegiatan, memecahkan masalah dan aktif mengembangkan jiwanya.
Kegiatan menarik yang mengandung pendidikan itu Pramuka akan memperoleh tambahan imajinasi dan daya cipta, kesadaran akan kemampuan dirinya, rasa percaya pada diri sendiri, rasa tanggung jawab, semangat gotong-royong dan toleransi.
Sebagaimana yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya, rasulullah sangat menganjurkan ketangkasan memanah, latihan menunggang kuda, bermain dengan keluarganya dan belajar berenang. Karena semua itu menarik dan mengandung pendidikan.

h.    Prinsip Keprasahajaan Hidup.
Kata keprasahajaan berasal dari kata sahaja yang berasal dari bahasa Arab "sazâjah" yang berarti sederhana. Keprasahajaan hidup adalah sederhana dan wajar.
Karena keprasahajaan adalah  prinsip pendidikan kepramukaan maka Pramuka harus belajar hidup sederhana dan wajar dengan cara pakaian seragam yang sama, susah bersama, senang bersama (senasib sepenangungan), menggunakan apa yang ada dengan wajar, hidup sederhana di alam terbuka, membina kerukunan dan gotong-royong dan latihan hidup sederhana dalam perkemahan.
Rasulullah adalah teladan bagi setiap orang Islam. Orang yang mengaku umat rasulullah haruslah menjadikan beliau sebagai teladan. Pribadi rasulullah adalah pribadi yang sederhana dalam segala hal, terutama dalam sandang, pangan dan papan.
Pakaian sederhana adalah pakaian yang tidak digunakan untuk kesombongan. Dan rasulullah sangat melarang menggunakan pakaian yang berlebihan karena kesombongan. Rasulullah berkata : "Siapa yang memakai pakaian kesombongan di dunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan di akhirat (H.R Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah)
Walaupun demikian rasulullah menganjurkan menggunakan pakaian yang bersih dan bagus  untuk memperlihatkan  bekas-bekas nikmat Allah dan kemuliaan dariNya. Rasulullah berkata : "Apabila Allah telah memberimu harta maka perlihatkanlah bekas dari nikmat dan kemulyaan-Nya kepadamu. (H.R Abu Daud)
Sebagai perwujudan rasa senasib dan sepenanggungan maka orang yang mempunyai kelebihan harta harus mengeluarkan zakatnya kepada yaang berhak menerimanya.

i.      Prinsip Swadaya
Prinsip Swadaya dalam Kepramukaan adalah : bahwa semua kegiatan harus dilaksanakan dengan usaha dan daya upaya sendiri (berdikari) untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Dalam hal ini Pramuka harus belajar menghadapi masalah dengan baik dan demokratis, memecahkan persoalan dengan teliti, berusaha keras untuk mencapai keberhasilan, bertanya kepada yang lebih mengerti, bila tak mampu menghadapi masalah tersebut.
Rasulullah adalah orang yang sudah hidup mandiri semenjak kecil. Beliau lahir dalam keadaan yatim dan menjadi yatim piatu pada umur 6 tahun. Dan selanjutnya beliau diasuh oleh kakek dan pamannya. Setelah agak besar beliau bekerja sebagai penggembala ternak. Hal ini menggambarkan bahwa rasulullah adalah pribadi yang berswadaya.
Rasulullah tidak suka kepada peminta-minta yang suka mengharapkan bantuan sedangkan dia masih bisa melakukan usaha untuk mencukupi kebutuhannya. Ada riwayat bahwa rasulluh memberi sebuah kampak kepada seorang peminta-minta, sebagai pendidikan agar dia bisa berswadaya.

j.      Sistim Among
Sistim Among berarti : mengasuh, memelihara, menjaga dan merawat. Orang yang melaksanakan among disebut Pamong. Dalam Kepramukaan Pembinalah yang disebut Pamong .
Pembina adalah pengasuh, pemelihara, penjaga dan perawat yang merupakan pengganti orang tua di rumah. Maka dalam hal ini Pembina harus bertindak bijaksana (adil), memberi teladan yang baik, rasa cinta kasih, disiplin dan tanggung jawab. Atau lebih populernya ialah dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro yaitu :
·         Ing ngarsa sung tulodho : di depan jadi teladan.
·         Ing madya mangun karso : di tengah menggugah kemauan
·         Tut wuri handayani : Dari belakang memberi dorongan

Yang pertama kali harus diajarkan oleh pembina sebagai orang tua orang tua adalah pengenalan terhadap Allah (ma’rifatullah) dan menanamkan kecintaan terhadapnya. Rasulullah berkata : “Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut kepada berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena hal itu akan menjauhkan mereka dan kamu dari api neraka”
Dan Rasulullah juga mengajarkan untuk memuliakan mereka dan mendidik mereka dengan baik. Rasulullah katakan : "Muliaknalah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan akhlak yang baik". (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas). Dan Rasulullah juga berkata : "Ajarkanlah kepada anak-anakmu kebaikan dan didiklah mereka dengan akhlak yang mulia". (HR. Abdu Razak)

Kesembilan PDMPK tersebut harus diterapkan secara keseluruhan, bila sebagian prinsip tersebut dihilangkan, maka organisasi itu bukan lagi Gerakan Kepramukaan.

0 komentar:

Posting Komentar